KELOMPOK 1
BEATRIX MARIMBUNNA/4EB09
25209925
BAB 10
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
BEATRIX MARIMBUNNA/4EB09
25209925
BAB 10
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Pengertian
Laporan Keuangan
Menurut Ikatan
Akuntan Indonesia (2009:1), laporan keuangan meliputi bagian dari proses
laporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan
(yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus
kas/laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Menurut Munawir
(2010:5), pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan
laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan/menggambarkan
jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu.
Sedangkan perhitungan (laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah
dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan
laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan
yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan. Sedangkan menurut Harahap
(2009:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha
suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis
laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca, laporan laba-rugi atau hasil
usaha, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, laporan posisi keuangan.
Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan untuk perusahaan
terdiri dari laporan-laporan yang melaporkan posisi keuangan perusahaan pada
suatu waktu tertentu, yang dilaporkan dalam neraca dan perhitungan laba-rugi
serta laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas, dimana neraca menunjukkan
jumlah aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan. Laporan laba-rugi menunjukkan
hasil operasi perusahaan selama periode tertentu. Sedangkan laporan perubahan
ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan
perubahan ekuitas perusahaan.
Analisis
Laporan Keuangan
1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Menurut Munawir
(2010;35), analisis laporan
keuangan adalah analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau
mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend)
untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan
perusahaan yang bersangkutan. Menurut Harahap (2009:190), analisis laporan
keuangan berarti menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi
yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang
mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif
maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan
lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.
Sedangkan menurut Sundjaja dan Barlian (2001:37), analisis laporan keuangan
perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai
keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa
depan.
Berdasarkan penjelasan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan proses untuk mempelajari
data-data keuangan agar dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi
keuangan, hasil operasi dan perkembangan suatu perusahaan dengan cara
mempelajari hubungan data keuangan serta kecenderungannya terdapat dalam suatu
laporan keuangan, sehingga analisis laporan keuangan dapat dijadikan sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan juga
dalam melakukan analisisnya tidak akan lepas dari peranan rasio-rasio laporan
keuangan, dengan melakukan analisis terhadap rasio-rasio keuangan akan dapat
menentukan suatu keputusan yang akan diambil.
2. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Menurut Munawir
(2010:36), ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisis
laporan keuangan, yaitu analisis horisontal dan analisis vertikal. Analisis
horisontal adalah analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan
untuk beberapa periode atau beberapa saat sehingga akan diketahui
perkembangannya. Analisis vertikal adalah apabila laporan keuangan yang
dianalisis hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan
memperbandingkan antara akun yang satu dengan akun yang lain dalam laporan
keuangan tersebut sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil
operasi pada saat itu saja.
Menurut Munawir
(2010:36-37), teknik analisis laporan keuangan terdiri dari :
1)
Analisis
Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik analisis dengan cara
memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan
menunjukkan:
a. Data
absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah.
b.Kenaikan atau
penurunan dalam jumlah rupiah.
c. Kenaikan atau
penurunan dalam persentase.
d.
Perbandingan
yang dinyatakan dalam rasio.
e. Persentase
dalam total.
Analisis dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui
perubahan-perubahan yang terjadi dan perubahan mana yang memerlukan penelitian
lebih lanjut.
2)
5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash
Flow Statement Analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui
sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber
serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.
6)
Analisis Rasio, adalah suatu metode
analisis untuk mengetahui hubungan dari akun-akun tertentu dalam neraca atau
laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
7)
Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross
Profit Analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab
perubahan laba kotor suatu perusahaan dari suatu periode ke periode yang lain
atau perubahan laba kotor dari suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk
periode tersebut.
8)
Analisis Break Even, adalah
suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu
perusahaan agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum
memperoleh keuntungan. Dengan analisis ini juga akan diketahui berbagai tingkat
keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.
Metode dan
teknik analisis manapun yang digunakan, kesemuanya itu merupakan permulaan dari
proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan, dan setiap
metode analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data lebih
dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi
pihak-pihak yang membutuhkan.
3. Kelemahan Analisis Laporan
Keuangan
Menurut Harahap (2009:203),
kelemahan analisis laporan keuangan adalah :
1.
Analisis laporan keuangan didasarkan
pada laporan keuangan, oleh karenanya kelemahan laporan keuangan harus selalu
diingat agar kesimpulan dari analisis itu tidak salah.
2.
Objek analisis laporan keuangan
hanya laporan keuangan. Untuk menilai suatu laporan keuangan tidak cukup hanya
angka-angka laporan keuangan. Kita juga harus melihat aspek-aspek lainnya
seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen,
budaya perusahaan dan budaya masyarakat.
3.
Objek analisis adalah data historis
yang menggambarkan masa lalu dan kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa
depan.
Kinerja Perusahaan
Menurut Menteri Kuangan RI
berdasarkan Keputusan No. 740/KMK. 00/1989 tanggal 28 Juni 1989, kinerja adalah
prestasi yang dicapai oleh perusahaan selama periode tertentu yang mencerminkan
tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut. Pengukuran
kinerja mempunyai tujuan untuk mengukur kinerja bisnis dan manajemen
dibandingkan dengan tujuan atas sasaran perusahaan. Sedangkan menurut Ikatan
Akuntan Indonesia (2009:4), informasi kinerja perusahaan, terutama
profitablitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi
yang mungkin dikendalikan di masa depan. Informasi fluktuasi kinerja ini adalah
penting dalam hubungan ini. Informasi kinerja keuangan bermanfaat untuk
memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya
yang ada. Di samping itu, informasi tersebut juga berguna dalam perumusan
pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber
daya.
Menurut Mulyadi
(2001:416), penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas
operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan
sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja dimanfaatkan oleh
manajemen untuk :
1. Mengelola operasi organisasi secara
efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang
bersangkutan dengan karyawan, seperti promosi, transfer dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan
dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi
program pelatihan karyawan.
4.
Menyediakan
umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja
mereka.
5.
Menyediakan
suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa kinerja perusahaan adalah prestasi yang telah dicapai oleh
suatu perusahaan yang menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan dengan tolak
ukur berdasarkan sasaran, standar atau kriteria tertentu pada periode tertentu.
Kinerja Keuangan Perusahaan
Menurut Munawir (2010:30), kinerja
keuangan perusahaan merupakan satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi
keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan
perusahaan. Pihak yang berkepentingan sangat memerlukan hasil dari pengukuran
kinerja keuangan perusahaan untuk dapat melihat kondisi perusahaan dan tingkat
keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Menurut
Sawir (2003:144), dalam menilai kinerja keuangan yang menggunakan analisis
rasio keuangan perlu diketahui standar rasio keuangan tersebut. Menurut Yuwono,
Sukarno, dan Ichsan (2003:31), dengan adanya standar rasio keuangan, perusahaan
dapat menentukan apakah kinerja keuangannya baik atau tidak. Penilaian ini
dilakukan dengan membandingkan rasio keuangan yang diperoleh dengan standar
rasio keuangan yang ada. Pada umumnya, kinerja keuangan perusahaan
dikategorikan baik jika besarnya rasio keuangan perusahaan bernilai sama dengan
atau di atas standar rasio keuangan.
Menurut Munawir
(2010:67), selain membandingkan rasio keuangan dengan standar rasio, kinerja
keuangan juga dapat dinilai dengan membandingkan rasio keuangan tahun yang
dinilai dengan rasio keuangan pada tahun-tahun sebelumnya. Dengan membandingkan
rasio keuangan pada beberapa tahun penilaian dapat dilihat bagaimana kemajuan
ataupun kemunduran kinerja keuangan sesuai dengan kegunaan masing-masing rasio
tersebut.
Menurut Munawir (2010:31), pengukuran
kinerja keuangan perusahaan mempunyai beberapa tujuan diantaranya :
1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas,
yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya yang harus
segera dipenuhi pada saat ditagih.
2. Untuk mengetahui tingkat
solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya
apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
3. Untuk mengetahui tingkat
profitabilitas dan rentabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba selama periode tertentu yang dibandingkan dengan penggunaan aset atau
ekuitas secara produktif.
4. Untuk mengetahui tingkat aktivitas
usaha, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan mempertahankan usahanya
agar tetap stabil, yang diukur dari kemampuan perusahaan dalam membayar pokok
utang dan beban bunga tepat waktu, serta pembayaran dividen secara teratur
kepada para pemegang saham tanpa mengalami kesulitan atau krisis keuangan.
Analisis Rasio Keuangan
Menurut Harahap (2009:297), rasio
keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun
laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan
signifikan. Menurut Simamora (2002:357), analisis rasio merupakan
cara penting untuk menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna diantara
komponen-komponen dari laporan-laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu
hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain, dan dengan
menggunakan alat analisis berupa rasio yang akan menjelaskan atau menggambarkan
kepada penganalisa baik atau buruknya keadaan posisi keuangan suatu perusahaan.
Menurut Riyanto
(2010:330), apabila dilihat dari sumber darimana rasio ini dibuat, maka dapat
digolongkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
1.
Rasio neraca (Balance
Sheet Ratios), yang digolongkan dalam katagori ini adalah semua data yag
diambil dari atau bersumber dari neraca.
2.
Rasio-rasio
laporan laba-rugi (Income Statement Ratios), yang tergolong dalam
katagori ini adalah semua data yang diambil dari laba-rugi.
3.
Rasio-rasio
antar laporan (Interstatement Ratios), yang tergolong dalam katagori ini
adalah semua data yang diambil dari neraca dan laporan laba-rugi.
Menurut Riyanto
(2010:331), umumnya rasio dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) tipe dasar, yaitu
:
1.
Rasio
Likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka pendeknya.
2.
Rasio Leverage,
adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang.
3.
Rasio
Aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan
sumber dananya.
4.
Rasio
Profitabilitas, adalah rasio yang mengukur hasil akhir dari sejumlah
kebijaksanaan dan keputusan-keputusan.
Menurut Prihadi
(2008:8), mengemukakan beberapa hal penggunaan rasio keuangan dengan variasinya:
1.
Setiap peneliti
berhak menentukan rasio yang digunakan.
2.
Tidak ada
regulasi tentang penggunaan rasio tertentu.
3.
Setiap rasio
mempunyai keterbatasan arti di samping kelebihannya.
Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan aspek rasio likuiditas, leverage,
aktivitas dan profitabilitas.
1. Rasio Likuiditas
Menurut Harahap
(2009:301), rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Untuk dapat memenuhi kewajibannya yang
sewaktu-waktu ini, maka perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk membayar
yang berupa aset-aset lancar yang jumlahnya harus jauh lebih besar dari pada
kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar berupa kewajiban-kewajiban
lancar. Mengenai rasio-rasio likuiditas sebagaimana yang diutarakan, menurut
Riyanto (2010: 332), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut :
a. Rasio Lancar
(Current Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara aset lancar dengan
kewajiban lancar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Current Ratio =
------------------------
Kewajiban
Lancar
Rasio ini merupakan cara untuk mengukur kesanggupan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya, dengan pedoman 2:1 atau 200%
ini adalah rasio minimum yang akan dipertahankan oleh suatu perusahaan. Menurut
Fahmi (2011:61), kondisi perusahaan yang memiliki current ratio yang
baik adalah dianggap sebagai perusahaan yang baik dan bagus, namun jika current
ratio terlalu tinggi juga dianggap tidak baik karena dapat mengindikasikan
adanya masalah seperti jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan
taksiran tingkat penjualan sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan
menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya
saldo piutang yang besar yang tak tertagih.
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara aset lancar
dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:

Quick Ratio =
--------------------------------------------
Kewajiban Lancar
Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena
persediaan memerlukan waktu yang retaif lama untuk direalisir menjadi uang kas,
walaupun kenyataannya mungkin persediaannya lebih likuid dari pada piutang.
Menurut Fahmi (2011:62), apabila menggunakan rasio ini maka dapat dikatakan
bahwa jika suatu perusahaan mempunyai nilai quick ratio sebesar kurang
dari 100% atau 1:1, hal ini dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya.
2. Rasio Leverage
Menurut Harahap (2009:306), rasio leverage
merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban
atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh ekuitas. Setiap
penggunaan utang oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap rasio dan
pengembalian. Rasio ini dapat digunakan untuk melihat seberapa resiko keuangan
perusahaan. Mengenai rasio-rasio leverage sebagaimana yang diutarakan,
menurut Riyanto (2010: 333), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a. Rasio Hutang (Debt
Ratio)
Rasio ini
merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan total aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut :

Debt Ratio = -------------------------
Total Aset
Rasio ini menunjukkan sejauh mana kewajiban dapat ditutupi
oleh aset. Menurut Fahmi (2011:63), semakin rendah rasio ini semakin baik
karena aman bagi kreditor saat likuidasi.
b. Time Interest Earned
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga
dan pajak atau laba operasi (EBIT) dengan beban bunga. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:

Time Interest Earned = ------------------------
Beban Bunga
Rasio ini menunjukkan sejauh mana besarnya jaminan
keuntungan sebelum bunga dan pajak atau laba operasi (EBIT) untuk
membayar beban bunganya. Menurut Fahmi (2011:63), semakin tinggi rasio semakin
baik karena perusahaan dianggap mampu untuk membayar beban bunga periode
tertentu dengan jaminan laba operasi yang diperolehnya pada periode tertentu.
3. Rasio Aktivitas
Menurut Harahap (2009:308), rasio aktivitas
menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya
baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. Rasio ini
dinyatakan sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen aset. Elemen
aset sebagai pengguna dana seharusnya bisa dikendalikan agar bisa dimanfaatkan
secara optimal. Semakin efektif dalam memanfaatkan dana semakin cepat
perputaran dana tersebut, karena rasio aktivitas umunya diukur dari perputaran
masing-masing elemen aset. Mengenai rasio-rasio aktivitas sebagaimana yang
diutarakan, menurut Riyanto (2010: 334), dapat dilihat pada uraian sebagai
berikut:
a.
Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Harga Pokok Penjualan
Inventory Turnover = --------------------------------
Rata-rata persediaan
Rasio ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan
dalam siklus persediaan normal. Menurut Harahap (2009:308), semakin besar rasio
ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat.
b. Rata-Rata Periode Pengumpulan Piutang (Day’s
Sales Outstanding)
Rasio ini
merupakan perbandingan antara piutang dengan penjualan dibagi jumlah hari dalam
setahun. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Day’s Sales Outstanding =
----------------------------------
Penjualan
/ 360 hari
Rasio ini
mengukur waktu rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang dari
penjualan. Menurut Munawir (2010:76), kalau rata-rata periode pengumpulan
piutang lebih dari 60 hari menunjukkan perusahaan tersebut kurang baik,
terutama bagian penagihan, sehingga tidak mampu menagih piutang pada saatnya,
atau perusahaan tersebut telah memberikan syarat-syarat kredit yang terlalu
lunak pada langganannya. Di samping itu semakin besar rasio ini bagi suatu
perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang.
c. Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover)
Rasio ini
merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aset. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:

Total Asset Turnover = ------------------------
Total Aset
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan penjualan berdasarkan aset yang dimiliki perusahaan. Menurut
Harahap (2009:309), semakin besar rasio ini semakin baik karena perusahaan
tersebut dianggap efektif dalam mengelola asetnya.
4. Rasio Profitabilitas
Menurut Harahap (2009:309), rasio
profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,
ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Mengenai rasio-rasio
profitabilitas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 335), dapat
dilihat pada uraian sebagai berikut:
a. Margin Keuntungan (Profit Margin)

Laba
Bersih
Profit Margin =
------------------
Penjualan
Rasio ini
menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari
setiap penjualan. Menurut Harahap (2009:304), semakin besar rasio ini semakin
baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.
b. Tingkat Pengembalian Aset (Return On Assets)
Rasio ini
merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:

Return On Assets = ----------------------
Total Aset
Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh
perusahaan bila diukur dari nilai asetnya. Menurut Harahap (2009:305), semakin
besar rasionya semakin bagus karena perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan
aset yang dimilikinya secara efektif untuk menghasilkan laba.
c. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)
Rasio ini
merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Laba Bersih

Ekuitas
Rasio ini
mengukur berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik.
Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena
dianggap kemampuan perusahaan yang efektif dalam menggunakan ekuitasnya untuk
menghasilkan laba.
3. Analisis
Du Pont
Menurut
Syamsudin (2000:64), analisis Du Pont adalah ROA yang dihasilkan melalui
pekalian antara keuntungan dari komponen-komponen sales serta efisiensi
penggunaan total aset di dalam menghasilkan keuntungan tersebut. Sedangkan
pendapat Sutrisno (2001:256), analisis Du Pont adalah suatu analisis
yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas dan net
profit margin dan seberapa besar pengaruhnya terhadap ROA.
Menurut
Syafarudin (2003:128), analisis Du Pont penting bagi manajer untuk
mengetahui faktor mana yang paling kuat pengaruhnya antara profit margin
dan total asset turnover terhadap ROA. Disamping itu dengan menggunakan
analisis ini, pengendalian beban dapat diukur dan efisiensi perputaran aset
sebagai akibat turun naiknya penjualan dapat diukur. Menurut Soediyono
(2001:137), yang dapat diuraikan dengan menggunakan analisis Du Pont
adalah ROA (Return On Assets) yang merupakan angka pembanding atau rasio
antara laba yang diperoleh perusahaan dengan besarnya total aset perusahaan.

ROA = Profit Margin
x Total Assets Turnover
Laba
Bersih
Penjualan
ROA =
------------------- x ------------------
Penjualan
Total Aset
Laba Bersih
ROA = -------------------
Total Aset
http://fadhilanalisis.blogspot.com/2011/10/analisis-laporan-keuangan.html
0 comments:
Posting Komentar